Thursday, October 25, 2012

Cerita lagu“I BELIEVE I CAN FLY dan motto WE MAKE PEOPLE FLY



Cerita lagu“I BELIEVE I CAN FLY dan motto WE MAKE PEOPLE FLY
by Franky Heumasse on Wednesday, 8 February 2012 at 14:55 ·

 Dari pengalaman pribadi saya :

Saya pernah mengirim komplain saya mengenai pelayanan Lion air pada medio Maret 2008 dan mengirimkannya ke Harian Kompas, namun sepertinya tulisan itu tidak dimuat.
isinya mengenai pengalaman pribadi saya terbang bersama maskapai dengan motto “ We make  people fly”ini.
Saya pertama kali menggunakan jasa Lion Air pada tahun 2003 ketika melakukan perjalanan cuti  ke kampung halaman di Ambon manise…Namun ini cerita berbeda, di tahun 2008,,
Waktu itu saya bersama 2 orang kawan melakukan penerbangan dengan Lion air sore dari UPG-AMQ
Saya lupa persis tanggal berapa , kalau tidak salah Kami menggunakan pesawat B-737 seri 400, yang kondisi kabin pesawat bagian  belakang lebih mirip, maaf angkutan trayek di kecamatan saya, waipirit-Kamarian(kec Kairatu)
Salah seorang kawan saya, sempat memperhatikan awak kabin (wanita) yang tampak sibuk,sesekali membanting keras penutup bagasi kabin yang  sudah mengelupas, alhasil kawan saya hanya menoleh dan melempar senyum sinisnya sambil berbisik ’stress kali dia” saya hanya menimpali “mungkin bung, kerjanya berat juga tuh” tapi dasar usil, sesaat mata kami menangkap tirai bagian belakang kabin disamping mikrofon , (saya lupa ingat ,maklum sudah lama sekali) kawan saya terbelalak sambil bergumam sewot ”busyet, bukannya itu tali raffia”?  Mata saya langsung tertuju kea rah tempat makan yang memang diikat dengan tali, mudah-mudahan bukan tali raffia,, saya hanya bisa berkata dalam hati, tidak masalah, ini kan cuma di dalam pesawat, lagian mungkin penahan kakinya kurang kencang atau sengaja diikat untuk menahan suara berisik yang keluar akibat  benturan di udara”karena pesawatnya ketuaan, gak lucu kalau didengar penumpang jadinya seperti  opelet tua membawa hasil kebun untuk di jual ke kota,oh dear…”
Pada periode ini, kami berdua memilih diam,mungkin ada rasa takut, dan langsung merenung, daripada menggerutu,toh pesawat terbang dengan baik, Kami juga masih diberikan air gelas dan permen untuk menemani perjalanan 1:25 menit dari UPG-AMQ.
Semua terasa baik-baik saja, sampai ketika mendarat, pesawat kami melakukan pendaratan keras”hardlanding” sore itu cuaca tampak cerah, saya bergumam dalam hati” mungkin usia pesawat”
Saat barang-barang bawaan melewati konveyor, saya bersyukur, barang saya tidak ada yang rusak.

Ketika akan kembali ke Timika setelah 6 bulan di Ambon, saya putuskan untuk bersama Lion air lagi, pada  akhir Jul 2008, kali ini pesawat yang saya tumpangi adalah Lion Air B-737 ER-900, pesawat baru-nya Lion,, saya membatin”wah mungkin manajemen Lion sadar bahwa pesawatnya sudah tua” syukurlah kalau begitu’ belakangan saya juga jadi lebih memahami culture masyarakat saya di ambon, waktu di bandara, pattimura saya mendengar sendiri kalimat yang berbunyi” orang ambon tuh muka jelek-jelek tapi jang salah, kalo mau nai pesawat,dong pilih yang paleng bagus” saya manut-manut dan Cuma membatin, semua makhluk yang diciptakan Tuhan indah,dan dianugrahi kelebihannya masing2, lagian pesawatnya memang harus bagus dan memenuhi standar & klasifikasi penerbangan sesuai AOC yang diterimanya dari DEPHUB RI, ini kan keselamatan bukan tentang bagus buruknya,saya menganggap sinonim’ baru’artinya bagus dan dijamin, jadi tidak ada yang salah dengan selera naik pesawat ala orang Ambon itu.malah secara tak langsung ini memicu maskapai nasional untuk memberi pelayanan terbaik !

Kembali ke perjalanan saya, kami tiba di UPG sekitar pukul  15.25 sore harinya,, saya terkejut mendapati bagasi kabin saya,rusak! Tulang penyangga tas saya meloncat keluar seperti seekor ular besi kecil,lebih parah lagi,bagian dalam tas berisi jam tangan Rolex andalan saya  kacanya hancur dan penyok..mulut saya langsung komat-kamit mengeluarkan sumpah serapah,,, setelahnya,,,,mau nggak mau saya berpikir, gak apa-apa, memang tadi cuacanya buruk,bersyukur saja sudah tiba dengan selamat,,lupakan!

Sampailah saya pada kenangan ke tiga, yakni ketika kembali dari cuti pada tanggal 06 Jan 2012 ini, emosi saya langsung di aduk saat mulai melakukan check-in di counter Lion air Bandara Pattimura, petugas Lion mengarahkan saya membayar di Cashier bagian dalam bandara untuk kelebihan bagasi saya seberat  9 KG, sambil,berkata “ tolong bayar di kasir”(tanpa menoleh ke saya,) saya menuju bagian kasir yang tertutup tirai, setelah kurang lebih 10 menit memanggil.batin saya “ mungkin sibuk ,maklum arus balik Natal & tahun baru “ Datanglah petugas Lion air (nona ambon) sambil menghardik saya dengan logat kentalnya  “ kanapa seng panggel kuat-kuat? Kan lia tirai tatutup,lewat depan toh’!  saya sabar saja, maklum suasana tahun baru dan pesona lagu ambon di seantero ruangan, meredam emosi saya untuk menghardik nona satu ini, kemudian saya menjawab singkat “ oh OK”!
Saya telah seleasi membayar ketika tiba-tiba ada Anggota entah TNI/POLRI atau apalah, datang dengan emosi penuh di ubun-ubun, menghardik semua karyawan Lion air bandara, dengan nada-nada mengancam.” Saya memilih berlalu sambil menggugam” hmmh  jadinya satu sama ”


Semua telah selesai check in, dan menunggu di terminal keberangkatan , saya sementara  asyik dengan pemutar music di telepon genggam saya sambil menikmati lagu indah milik  R Kelly,

I believe I can touch the sky
I think about it every night and day
Spread my wings and fly away
I believe I can soar
I see me running through that open door
I believe I can fly
I believe I can fly
I believe I can fly….

Samar-samar beradu dengan lagu  di ruang tunggu bandara yang memainkan musisi  alm,.Helmi Pesulima,,
Dari ujung halamahera,,smpai tenggara jauh,
Katong samua basudara,, Nusa Ina sio,, katong samua dari sana…
biar jauh bagini ee,, beta seng bisa lupa..beta pung tanah putus pusa...

Sekonyong –konyong,datanglah suara dari mikrofon bandara yang memberitahu bahwa pesawat yang kami tumpangi akan diberangkatkan  lebih lama, karena alasan teknis, yang tidak disebutkan,
Belakangan ramai di TV-TV nasional masyarakat pemakai jasa meminta pihak maskapai menjelaskan lebih rinci alasan penundaan penerbangan apalagi sampai melewati 4 jam.
Saya bergumam dalam hati “ah biarkan saja, hitung-hitung bisa berlama-lama di Ambon.”


Penerbangan Kami yang semula dijadwalkan tiba di UPG pukul 15.25-n akhirnya tiba sekitar pukul 16.50 WITA,semua baik-baik saja, sampai saya mengambil bagasi saya di konveyor, kali ini  koper saya yang kebetulan berwarna merah, rusak lagi! Besi pembentuk dan penahan is tas,benar-benar telanjang bulat terkelupas akibat benturan pesawat.,bagian depannya terdapat goresan dimana-mana, bahkan warnanya cenderung menghitam,..

Dengan meradang saya menuju counter Lion bandara, dan menemui  petugas disana(laki-laki),sang petugas dengan santainya menjawab “ Bapak, kami akan memperbaiki tas Bapak yang rusak, tapi bapak harus menunggu” . ‘ saya jawab dengan ketus “ berapa lama? “jawabnya lagi “ paling cepat 3 hari’karena harus membuat prosedur laporannya”itupun Bapak harus membeli tas baru karena tasnya harus dikosongkan agar dapat diperbaiki”
Saya menimpali “ tidak mau”! tolong diganti sekarang ,apakah perlu saya menjelaskan kepada anda berapa kali saya telah di rugikan Lion air’?
Sang petugas hanya santai dan yakin menjawab”maaf,memang begitu prosedurnya

Kesabaran saya benar-benar habis, akhirnya dengan nada tinggi dan setengah berteriak sambil memukul koper saya sendiri  saya katakan kepadanya” tahukah anda? Koper saya lebih berharga dari nyawa anda”?!
Saya berlalu meninggalkan ruangan itu diikuti beberapa pasang mata yang menatap nanar,,bahkan saat akan keluar menuju ruang tunggu, baggage name saya tidak diminta oleh 2 orang petugas Lion air yang mengawasi setiap bagasi penumpang.,

Belakangan setelah muncul di media masa dan TV-TV nasional,saya hanya tertegun dan berpikir, tanpa mengabaikan factor cuaca sebagai penyebab yang paling mungkin, jangan-jangan, para pemimpin & awak kabin itu memang udah ‘fly ‘duluan' sebelum menerbangkan pesawatnya sesuai mottonya’we make people fly” sampai-sampai perlu ada momentum atau menciptakan kreasi ala’dugem” saat mendarat, jadi guncangannya terasa lebih asyik.. membayangkannya , bulu kuduk saya langsung bergidik ngeri..uuh bisa jadi!! penumpang dianggap seperti pajangan gelas yang kapan saja  bisa dipacu bunyi lentingannya,  goodness me !
semoga pemerintah republik ini segera menetapkan peraturan baru yang lebih ketat berpihak pada rakyat dan melindungi pemakai jasa penerbangan.

 Franky

No comments:

Post a Comment

Christian Coleman, Rekor dunia lari 60 Msumber  foto by :  Victah Sailer Sebagai penggila Atletik, meski gak kuat lari,,saya su...